Search This Blog
makes little things matter by learning from experience
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
BAGAIMANA RASANYA MENJADI MAHASISWA SASTRA INDONESIA? PENDAPATKU SOAL KULIAH?
Estimasi Waktu Membaca: 5 Menit
Anyway, click here to support my website!
Jika kamu tertarik membaca tulisan ini ada beberapa kemungkinan:
Pertama, selamat! Sekarang kamu sudah menjadi mahasiswa program studi Sastra Indonesia dan tertarik mengambil peminatan linguistik.
Kedua, salam hangat, kamu baru saja lulus sekolah dan penasaran: bagaimana rasanya menjadi mahasiswa sastra Indonesia yang mengambil peminatan linguistik?
Ketiga, kamu adalah masyarakat umum dari kalangan akademisi atau orang tua yang ingin mengetahui seputar program studi sastra Indonesia dengan peminatan linguistik.
Disclaimer: pengalaman yang kubagikan adalah pengalaman pribadiku sendiri, sehingga orang lain bisa punya pengalaman dan pandangan yang berbeda.
1. Mata Kuliah
Jika kamu memilih program studi sastra Indonesia dengan peminatan linguistik. Kamu akan bertemu dengan beberapa mata kuliah. Yang umum ditemukan hampir di semua universitas tentu saja adalah (1) mata kuliah yang wajib kamu ambil agar kamu dapat memenuhi syarat lulus dan mendapatkan gelar sarjana sastra; (2) mata kuliah pilihan; (3) mata kuliah umum. Selain itu, setiap universitas memiliki kebijakan berbeda tentang berapa jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) yang harus diambil agar bisa memenuhi syarat kelulusan.
Berikut daftar mata kuliah wajib, mata kuliah pilihan, dan mata kuliah umum yang dimaksud:
Mata Kuliah Wajib
Mata Kuliah Sastra
Apresiasi Sastra, Apresiasi Drama, Kajian Puisi, Kajian Drama, Kajian Prosa Fiksi, Sejarah Sastra Indonesia, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Teori Sastra, Masyarakat dan Kesenian Indonesia, Kajian Sastra Bandingan, Kritik Sastra, Kritik Sastra.
Mata Kuliah Linguistik
Mikrolinguistik: Linguistik Umum, Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik.
Makrolinguistik: Sejarah Studi Bahasa Indonesia, Filologi, Bahasa Bantu (Arab Melayu - untuk membantu mata kuliah filologi), Pragmatik, Sosiolinguistik, Sosiolinguistik Lanjut, Wacana, Dialektologi, Neurolinguistik, Psikolinguistik, Leksikografi, Linguistik Historis Komparatif, Linguistik Komputasional, Perencanaan Bahasa Indonesia, Sejarah Perkembangan Linguistik, Antropolinguistik, Struktur Bahasa Nusantara.
Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa
Keterampilan Menyimak, Keterampilan Menulis Populer, Keterampilan Menulis Kritis dan Ilmiah, Keterampilan Menulis Kreatif, Keterampilan Membaca Teknik dan Keterampilan Membaca Kritis, Keterampilan Berbicara Interpersonal.
Mata Kuliah Penunjang Penelitian
Metodologi Penelitian, Metodologi Penelitian Linguistik, Statistika, Kuliah Kerja Lapangan, Kuliah Kerja Nyata, Kajian Linguistik Kritis, Kapita Selekta Linguistik, Praktik Kerja Lapangan.
Mata Kuliah Pilihan
BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing), Linguistik Komputasional, Entrepreneur Bahasa, Penyuntingan (Editing)
Mata Kuliah Umum
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, Agama (sesuai agama masing-masing), Dasar-dasar Filsafat, Estetika Bahasa dan Sastra, Bahasa Inggris, Ilmu Alamiah Dasar (karena sastra Indonesia adalah program studi sosial humaniora, jadi harus ambil mata kuliah umum tentang ilmu pengetahuan alam).
2. Buku-Buku Wajib
Berikut ini adalah daftar buku-buku yang wajib kalian baca sebagai mahasiswa linguistik, karena akan sangat membantu proses belajar kalian di kelas. Aku akan berikan daftar buku-buku tersebut yang berdasarkan nama penulisnya, ya!
Menuju daftar buku-buku linguistik dan penelitian kualitatif & kepustakaan
3. Tips Sukses Belajar dan Membangun Relasi Sebagai Mahasiswa Kupu-Kupu
Apa itu mahasiswa kupu-kupu?
Ini adalah istilah yang kudengar semasa aku kuliah dulu, aku tidak yakin apakah istilah ini populer, tetapi ini adalah julukan atau label bagi mahasiswa yang dianggap pasif karena tidak mengikuti kegiatan di kampus seperti unit kegiatan mahasiswa. Kupu-kupu adalah singkatan dari kuliah pulang-kuliah pulang.
Kupu-kupu tetapi Sukses Belajar dan Membangun Relasi
Jika yang membaca ini adalah teman-temanku sewaktu kuliah dulu, tentu mereka tahu aku adalah salah satu mahasiswa yang cocok dilabeli kupu-kupu. Waktu kuliah, aku sama sekali tidak tertarik untuk ikut dalam unit kegiatan mahasiswa, selesai kuliah, aku akan pulang saja, karena aku memiliki kegiatan yang menurutku lebih menyenangkan dan lebih penting. Ya, itulah mengapa menurutku melabeli seseorang dengan istilah mahasiswa kupu-kupu itu agak naif, karena semua orang punya ketertarikan dan skala prioritas yang berbeda.
Jika sebagian orang menyukai aktivitas berorganisasi, aku lebih suka pulang ke rumah dan membaca buku-buku self-improvement dan bereksperimen setelahnya, memasak, main musik, olahraga, atau ikut kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan khususku (practical skills) seperti misalnya klub menulis, klub polyglot, dan marketing course.
Lagipula, jika harus masuk unit kegiatan mahasiswa, pasti aku akan memilih UKM Majalah atau Media Kampus. Nah, kupikir daripada ikut berkontribusi di unit kegiatan mahasiswa, aku memilih untuk membangun sarana pengembangan diri milikku sendiri, yang aku yakin dalam beberapa tahun bisa berkembang dan menjadi komunitas bagi siapapun warga negara Indonesia atau warga dunia yang memiliki minat yang sama denganku. Itulah alasanku juga mengapa aku membangun Linguistics Student Indonesia.
Jujur saja, sewaktu kuliah dulu, aku merasa sedikit kesepian. Aku orang yang suka sekali belajar, aku selalu penasaran pada topik-topik mutakhir di bidang bahasa dan psikologi, tetapi aku tidak menemukan partner belajar dan diskusi yang cocok. Aku banyak tidak tahu tentang linguistik, dan rasanya sepi sekali belajar sendirian terus. Tapi, aku tidak ingin menyalahkan keadaan, maka dari itu aku mulai menulis daring (online) dan membuat siaran siniar (podcast) milikku sendiri. Sampai akhirnya aku bisa menemukan kalian semua, yay! Aku mulai membangun jejaring dengan para pembaca setia Linguistics Student Indonesia yang tentunya memiliki semangat belajar dan minat yang sama denganku. Tak hanya orang Indonesia, tetapi juga mentor-mentor baru serta teman-teman dari berbagai negara!
Jadi, yang ingin kusampaikan adalah menjadi mahasiswa kupu-kupu itu tidaklah buruk dan mahasiswa yang kelihatan kupu-kupu itu belum tentu pasif dalam bergaul, karena terlihat selalu pulang ke rumah bukan berarti orang tersebut akan bermalas-malasan.
Kita semua bisa mengembangkan diri di mana saja, tak hanya melalui kegiatan kemahasiswaan di kampus.
Mahasiswa yang tidak aktif di kegiatan kampus itu mungkin saja harus ikut webinar internasional, mempersiapkan ikut perlombaan nasional/internasional, kerja paruh waktu, kursus bahasa asing, mengambil lisensi menyetir, mengambil lisensi penerjemahan, kursus memasak, ikut membangun bisnis keluarga, berdagang, menjadi pelatih gym, gabung di parpol, kursus modelling, kursus menari, kursus marketing, ikut klub fotografi, menjadi barista kopi, membangun website, melakukan siaran podcast, membuat konten untuk social media, atau berkontribusi di komunitas filantropi, dan lain sebagainya.
4. Opini: Tentang Kuliah Secara Umum
Apakah aku menikmati proses kuliah?
Aku sangat menikmati proses kuliah, aku senang pergi ke kampus dan belajar bersama teman-teman serta para dosen. Aku adalah tipe orang yang menghargai proses lebih besar daripada hasil. Jadi, apabila aku mendapatkan nilai A untuk mata kuliah tertentu, artinya aku harus yakin bahwa aku mampu menerapkannya dengan baik di dalam kehidupan. Jadi, aku juga memastikan bahwa aku benar mengalami proses belajar itu dengan baik, berpartisipasi aktif (active learning), dan memiliki output yang jelas. Misalnya, aku mendapatkan nilai A di mata kuliah linguistik umum, maka aku mencoba menerapkan sekaligus membagikan semampuku apa yang kupelajari baik itu di kehidupan nyata ataupun di media sosial. Agar aku bisa menjadi agent of change, agar ilmuku berguna bagi siapapun yang membutuhkan atau membagikannya kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh ingin tahu. Karena apalah arti nilai A jika hanya memahami, tapi tidak mengamalkan?
Arti Kuliah Bagiku?
Kuliah bagiku adalah investasi, sarana untuk menemukan gambaran umum (big picture) dari apa yang ingin aku raih. Kuliah bukanlah jalan utama untuk membangun karier, kuliah juga bukan jalan pintas menuju kesuksesan dan tidak ada jaminan sukses juga jika kamu kuliah. Karena setiap orang pasti punya cara membangun kariernya, punya tingkat kepuasan berbeda, dan memiliki definisi sukses masing-masing.
click here to become a supporter of my website
Ketika aku kuliah, aku memacu diriku agar selalu sadar bahwa aku adalah individu yang bebas menentukan pilihan. Aku memilih masuk ke sebuah lembaga pendidikan karena sepenuhnya keinginanku bukan karena paksaan orang tua atau pihak manapun.
Sejak duduk di bangku sekolah hingga kuliah, aku bertekad bahwa aku hanya akan mengikuti ajaran guruku apabila hal itu sesuai dengan visi-misiku sebagai manusia dan seratus persen pilihanku, dan menolak menerapkan ajaran guruku apabila hal tersebut tidak sesuai dengan visi-misi hidupku / nilai-nilai yang kuanut. Karena aku dibesarkan di lingkungan keluarga yang mengajarkan bahwa aku adalah individu yang bebas menentukan pilihan, selama pilihan itu tidak merugikan orang lain dan pilihan itu sejalan dengan nilai-nilai yang kuanut dan membantuku menjadi sosok yang sedang aku manifestasikan.
Aku menghormati guru-guruku karena karakter baiknya dan tingginya ilmu mereka; aku menghormati serta senang bergaul dan belajar bersama teman-temanku, tetapi ketika aku menjalani proses belajar, aku akan selalu memilah ilmu apa yang cocok kuterapkan dalam hidupku. Jadi, lembaga pendidikan hanya bisa mengedukasi dan menginspirasi aku, tapi apakah aku mau menerapkan seratus persen yang aku terima di sana? Hanya aku yang bisa menentukan.
Maksudnya bagaimana?
Tak hanya pada saat kuliah, tetapi juga dalam hidup ini, aku selalu berusaha menumbuhkan self-awareness agar aku tahu siapa diriku, apa maunya aku, dan tidak tersesat apalagi sampai berdiri di atas pilihan hidup orang lain. Kuliah atau masukan jenis apapun itu, tidak berhak menentukan arah hidup seorang individu atau menghalangi seorang individu untuk memanifestasikan sosok yang dia inginkan.
Sekarang, coba perhatikan contoh berikut:
Ada seorang individu, dia memutuskan daftar ke universitas karena dia hanya ingin memahami lebih lanjut konsep-konsep utama industri kreatif dan pemasaran buku karena dia butuh ilmu itu untuk kembali membangun bisnis copywriting yang telah dia bangun sejak masih duduk di bangku SMA. Lalu, tanpa mengatakan rencana itu pada siapapun, di tahun ketiga, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus karena dia merasa sudah cukup mendapatkan ilmu untuk diaplikasikan kepada bisnisnya.
Kemudian, pasti ada saja yang mengatakan,
"Wah, sayang banget dia keluar kuliah pas udah mau lulus, tanggung banget, gak dapat ijazah,"
Apa pelajaran yang bisa kita petik dari contoh di atas?
1. Kuliah itu penting dan bisa menjadikan kamu individu yang lebih baik, tapi kenali siapa dirimu, apa maumu, bagaimana tujuan hidupmu terlebih dulu sebelum memutuskan untuk kuliah atau tidak. Karena kalau kamu tidak tahu tujuanmu, kamu hanya akan belajar saja, tanpa tahu cara mengaplikasikan ilmu yang kamu dapat, dan semua itu hanya akan menghabiskan waktumu yang berharga.
2. Tidak semua orang masuk universitas untuk lulus dan ingin dapat kredensial, bisa jadi hanya untuk investasi dan berharap mendapatkan ROI berupa ilmu pengetahuan/wawasan yang diharapkannya untuk digunakan dalam tujuan lain. Misalnya seperti contoh di atas, untuk observasi, riset, & mencari perspektif lebih lanjut terkait bisnis/penelitian yang dijalankan. Hal ini bisa menjadi motivasi bagi universitas untuk terus meningkatkan pelayanan mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi agar semakin berkualitas dari mulai sistem, pengajar, dan fasilitas.
3. Tidak semua bisnis/karier membutuhkan kredensial, hal itu berlaku bagi orang-orang yang menguasai high income skill. Orang-orang yang menjalankan usaha sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atau yang menjalankan bisnis keluarga, sebagian tidak terlalu memikirkan arti sebuah kredensial (kecuali, mereka butuh orang-orang yang memiliki kredensial untuk formalitas dalam delegasi jabatan, karena dalam instansi/perusahaan kredensial dibutuhkan agar tidak terjadi nepotisme, pengusaha pasti paham hehe).
Kredensial menjadi kurang bernilai jika orang tersebut sudah mampu bekerja untuk dirinya (menjalankan bisnis), bukan bekerja untuk orang lain (kerja di perusahaan). Kredensial tanpa skill juga bukan apa-apa. Di dunia nyata, yang dibutuhkan bukan cuma teori semata, tetapi juga aksi nyata. Maka, dari itu selain kuliah, ada baiknya jika kamu masih duduk di bangku kuliah, mulailah mengedukasi diri sendiri, memperluas jejaring di luar kampus, mengembangkan diri dengan mempelajari keahlian khusus yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat.
4. Kita tidak pernah benar-benar tahu niat seseorang mengambil pilihan dalam hidupnya, karena orang yang cerdas tak akan pernah mengungkapkan rencana hidupnya pada orang lain. Hati-hati ketika menilai pilihan seseorang.
5. Pendidikan yang berhasil akan menjadikanmu orang yang toleran dan punya pendirian, bukan orang yang arogan dan mengikuti suara terbanyak tanpa pernah mempertanyakan alasan dibalik sesuatu.
Aku akan menutup tulisan ini dengan kutipan:
"Whatever an education is, it should make you a unique individual, not a conformist,"
John Hersey
I highly appreciate your visit to the Linguistics Student Indonesia website.
- Get link
- X
- Other Apps
Most Visited Articles
Pekerjaan Lulusan Bahasa dan Sastra, Kerja Dari Rumah, Mahasiswa Juga Bisa!
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment