Aku tidak ingin menutup mata terhadap apa yang terjadi sekarang, aku berdoa selalu bagi kalian semua yang saat ini sedang menghadapi fase yang berat. Aku mendoakanmu agar Tuhan senantiasa bersamamu, melindungimu, mencukupkan segala kebutuhanmu, memberimu petunjuk, dan memudahkanmu menemukan jalan keluar dari segala masalah. Aamiin.
Melalui tulisan ini, aku hanya ingin berbagi sebagai seorang teman, aku berharap semoga teman-teman yang membaca ini bisa mendapatkan manfaat dan inspirasi.
Satu tahun belakangan, aku berupaya menyesuaikan diri dengan apa yang sedang dihadapi dunia saat ini. Namun, fokus yang senantiasa kupertahankan adalah kekuatan doa, horison harapan, kejernihan pikiran sebagai kunci sehatnya raga.
Aku mengatur fokusku karena jika aku masih diberi kesempatan untuk hidup hingga keadaan berubah, aku ingin aku menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ini. Aku ingin ketika keadaan dunia telah berubah, aku tetap sehat secara fisik dan jiwa. Aku ingin terus fokus menjadikan diriku lebih baik, karena dengan cara itulah aku memulai perubahan bagi bangsa ini. Aku takkan bisa mengubah orang lain, tetapi aku tentu bisa mengubah diriku sendiri menjadi sosok yang kuinginkan ada, terutama menjadi orang dewasa yang aku harapkan hadir ketika aku masih kecil.
1. Kekuatan Doa
Jika kamu sosok yang religius, atau menganut sebuah agama/kepercayaan, ritual berdoa tentu saja telah menjadi bagian hidupmu. Begitu juga denganku, salah satu fokusku saat ini adalah memperkuat hubunganku dengan Sang Pencipta. Karena aku sangat percaya, bahwa doa bisa menyelamatkanku dari banyak hal dan dengan doa aku bisa berkomunikasi denganNya agar selalu mendapatkan petunjuk. Aku selalu berdoa agar Dia membantuku menjadikan aku sosok yang diinginkanNya sejak awal mula penciptaanku. Bahkan, dalam hidupku sehari-hari aku menjadikan kegiatan menulis sebagai salah satu perantara bagiku untuk menuliskan doa-doa dan harapanku kepadaNya. Seringkali aku merasa itu terasa begitu ajaib karena banyak tulisan-tulisanku yang menjadi kenyataan.
2. Horison Harapan
Seperti yang pernah kuceritakan pada postingan sebelumnya, bahwa manusia akan tetap hidup apabila mereka memiliki horison harapan. Apa yang membuatmu ingin hidup di dunia ini? Aku sendiri saat ini selalu memfokuskan pikiranku untuk selalu berpikir bahwa jika aku diberi kesempatan hidup lebih lama lagi. Aku punya harapan yang sangat besar, bahwa aku ingin menjadi pribadi yang dinamis, yang bisa menyesuaikan diri dan mengambil hal baik (hikmah) atas apapun yang terjadi di dunia ini. Ketika dunia telah berubah lagi, suatu hari nanti, aku selalu membayangkan betapa bahagianya aku jika aku bisa tetap sehat jiwa-raga, selamat, dan telah menjadi sosok yang kuinginkan. Sebuah pepatah klasik yang kuingat selalu: ada banyak jalan menuju Roma. Disaat aku mulai goyah, aku selalu berpikir bahwa ini adalah bagian dari perjalanan juga, perjalanan menuju suatu keadaan yang kuinginkan. Aku termasuk orang yang percaya takdir atau dalam keyakinanku disebut qada dan qadr. Aku meyakini bahwa takdirku sudah dituliskan menuju satu tempat, jadi apapun jalan yang mesti kutempuh, aku yakin, aku akan sampai ke sana juga. Yang penting aku terus bergerak dan tidak berhenti berupaya 😉
Aku akan selalu mengupayakan fokusku ke arah sana. Aku ingin selalu yakin bahwa aku bisa sampai ke tujuanku. Karena sebenarnya kita bisa melihat dunia dengan sudut pandang berbeda, semua tergantung pola pikir kita. Aku bisa mengatakan ini, karena beberapa tahun silam, aku menghabiskan sebagian besar waktuku berpikir negatif, tetapi ketika aku mencoba untuk positif sekali saja dan membuahkan hasil, aku menjadi otomatis ketagihan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang positif.
Aku pernah membaca sebuah karya fiksi berjudul Shantaram dan ada satu kalimat dari salah satu tokoh dalam novel itu yang mengatakan kurang lebih begini, "Dalam ketakutan, kesakitan, kepedihan dan rasa terpenjara yang kurasakan ini, sebenarnya aku masih seseorang yang bebas. Aku masih bebas memilih apakah aku ingin memaafkan atau membenci sosok yang menyakitiku,"
Aku benar-benar memaknainya dengan baik, bahwa:
3. Kejernihan Pikiran Kunci Sehatnya Raga
Jauh sebelum hari ini, sebuah tujuan yang kuinginkan adalah hidup dengan hati yang dipenuhi rasa tenang dan tidak gundah meskipun keadaan menjadi sulit. Jika hanya melihat dari satu sisi saja, hal itu dapat dikatakan mustahil, karena yang namanya perasaan atau emosi tidak bisa kita prediksi, mereka bisa datang kepada kita kapan saja. Seperti kata sebagian orang kepadaku: keadaan sulit itu pasti ada, namanya roda berputar, tidak mungkin seseorang itu senang terus!
Aku tidak mengelak, kesulitan itu pasti ada, tetapi fokusku adalah menjadi orang yang bisa menguasai diriku sendiri meskipun keadaan menjadi sulit. Sekali lagi, meski terpenjara kesulitan, seseorang sebenarnya masih bebas, bebas mau masuk ke dalam kekecewaan dan kesedihan atau masuk ke dalam kedinamisan dan menyesuaikan diri.
Baru-baru ini aku belajar bahwa perasaan manusia ternyata dikontrol oleh sistem limbik atau otak limbik. Sedangkan bahasa dan logika diatur oleh bagian di otak kita yang bernama neokorteks.
Di situlah aku merasa seperti, "Aha! Ini dia dua kuncinya!" karena otak juga termasuk organ sentral atau pusat dari segala yang berkaitan dengan aktivitas fisik manusia itu sendiri. Untuk mendapatkan fisik yang sehat, aku harus bisa mengontrol pusatnya, yakni otak. Ada banyak cara untuk meraihnya, aku melakukannya dengan meditasi, olahraga, mandi air hangat, berjalan kaki, dan membaca buku-buku.
Aku mempelajari diriku sendiri dari berbagai macam sisi, selain sudut pandang agama, aku juga mengambil beberapa sudut pandang ilmu pengetahuan. Sejak dua tahun lalu, aku jadi senang membaca buku-buku atau artikel yang berkaitan dengan psikologi karena ternyata membaca psikologi banyak menolongku untuk menemukan cara mengendalikan diri dalam mengatasi rasa gelisah, curiga, kurang percaya diri, cemburu, sedih, marah, kecewa yang muncul ketika kesulitan datang menghampiriku. Sehingga aku bisa tetap berada di jalur fokus yang kuinginkan.
Karena aku pernah merasakan tidak bisa mengontrol emosi negatif dan itu berdampak pada fisikku, aku sering merasakan sakit dan banyak tanda-tanda lain di tubuh seperti mudah lelah, insomnia, sering asam lambung, bibir kering, rambut rontok, ketombe, kulit kering hingga mengelupas, dan lain-lain.
Aku sungguh tidak ingin hal-hal itu terjadi lagi, aku memperhatikan, ketika kualitas pikiranku baik dan jernih, aku hampir tidak pernah merasakan sakit apapun, bahkan pegal-pegalpun tidak. MasyaAllah!
Selain menjaga kejernihan pikiran, tidak lupa aku mendukung kesehatan ragaku dengan selalu berolahraga tiga kali seminggu dan itu ternyata juga sangat berpengaruh dengan masa-masa pra-menstruasiku. Semenjak olahraga rutin, aku menjadi tidak pernah pegal dan migrain saat waktunya datang bulan.
Dan kunci yang tak kalah penting dalam kejernihan pikiran adalah selalu menjaga kualitas hubungan dengan manusia lain dan menjaga self-esteemku dengan mengenal pasti siapa diriku sendiri, karena caraku memandang diriku merupakan salah satu hal yang sangat krusial agar tidak mampu dipengaruhi oleh orang lain.
Semoga ceritaku ini bisa menginspirasi dan bermanfaat ya! :)
I highly appreciate your visit to the Linguistics Student Indonesia website.
Gift for you!
My Published Book
Let's build a network! Connect with Linguistics Student Indonesia:
Paid Partnership & Business Inquiries:
linguistics@post.com
Comments
Post a Comment